A. Pendahuluan
Cacing
Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut
juga Enterobiasis atau Oxyuriasis. Manusia bisa terinfeksi cacing ini apabila menelan telur infektif, telur
akan menetas di dalam usus (daerah sekum) dan kemudian akan berkembang menjadi
cacing dewasa. Cacing betina biasanya memerlukan waktu kira-kira 1 bulan untuk
menjadi matur dan mulai dengan produksi telurnya. Setelah membuahi cacing
betina, cacing jantan biasanya mati dan mungkin akan keluar bersama tinja. Di
dalam cacing betina yang gravid, hampir seluruh tubuhnya dipenuhi oleh telur.
Pada saat ini, cacing betina akan turun ke bagian bawah kolon dan keluar
melalui anus, telur-telur akan diletakkan di perianal dan di kulit perineum (
Lynne et al, 1996).
Sedangkan untuk diagnosis infeksi ini, kadang-kadang cacing dewasa dapat di
ambil dengan pita perekat. Meskipun telur biasanya tidak diletakkan di dalam
usus, tetapi beberapa telur dapat ditemukan di dalam tinja. Telur tersebut
menjadi matang dan infektif dalam waktu beberapa jam. Telur-telur tersebut
digambarkan sebagai bola tangan dengan bentuknya yang lonjong dan satu sisi mendatar
(Lynne et al, 1996).
Meskipun beberapa obat sangat efektif untuk membasmi cacing ini, akan
tetapi pengobatan sangat jarang diberikan sebab kebanyakan infeksi ini tidak
menunjukan gejala. Dalam pengobatan, seringkali juga di dalamnya termasuk bimbingan
dan nasehat kepada orang tua yang tidak menyangka bahwa anaknya menderita
cacingan. Kebanyakan orang tua tidak menyadari prevalensi dari infeksi ini,
terutama pada anak-anak, dan kenyataannya bahwa banyak anak-anak yang
terinfeksi cacing ini tetapi tidak menunjukan gejala atau menderita akibat
infeksi ini (Lynne et al, 1996).
Selain itu jika dilihat dari kerugianya Enterobiasis tidak menimbulkan kerugian
secara materi akan tetapi cenderung membuat anak rewel dan sukar tidur atau
insomnia, sehingga membuat para orang tua binggung dan menjadi kurang istirahat
di malam hari akibat insomnia yang terjadi pada anak mereka, dimana keadaan ini
juga menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan, 1989).
Karena infeksi ini umum terjadi dan penularanya sangat mudah, di antaranya
dapat melalui kontaminasi dari anus ke mulut, pakaian yang kotor, telur-telur
yang berada di udara, mainan anak-anak dan benda lainnya, maka dibutuhkan
peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok untuk dapat membantu pencegahan
infeksi cacing E. vermicularis ini.
Juga dianjurkan pada anak-anak untuk tidur dengan pakaian tertutup dan menjaga
kuku tetap pendek dan bersih (Lynne et al,
1996)
B. Morfologi
Telur Enterobius vermicularis planconvex, berdinding dua lapis. Lapisan luar terdiri dari albumin
dan lapisan dala mengandung bahan lipiodal. Kandungan albumin pada telur
menyebabkan telur tadi merangsang kulit dan mukosa manusia, sehingga sewaktu
dideposit di perianal sering menimbulkan perasaan gatal. Ukuran telur 50-60
mikron x 3,0-3,2 mikron (Bernadus, 2007). Telur berisi masa bergranula
kecil-kecil teratur atau berisi larva cacing yang melingkar. Telur tidak
berwarna dan transparan. Telur berembrio merupakan bentuk infektif. Di daerah
perianal telur dapat menetas dan larva yang ditetaskan dapat masuk kembali ke
usus besar melalui anus atau retroinfeksi (Heru, 2003).
Gambar 1. Telur Enterobius vermicularis
|
2.Cacing
Dewasa
Cacing
Enterobius vermicularis dewasa
berukuran keci dan berwarna putih. Cacing betina jauh lebih besar daripada
jantan (Heru, 1996). Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm.
Intestinumnya berakhir di anus yang terletak 1/3 bagian badannya, sedangkan
vulvanya terletak di pertengahan bagian anteriornya badan. Uterus biasanya
penuh dengan telur. Sedangkan cacing jantan dewasa berukuran 2-5 mm x 0,1-0,2
mm. Esofagus pada cacing jantan melanjutkan diri sebagai intestinum berakhir di
kloaka (Bernadus, 2007). Cacing jantan juga jarang dijumpai karena sesudah
mengadakan kopulasi dengan betinanya ia segera mati (Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan, 1989).
Gambar 2. Enterobius
vermicularis Betina
|
Gambar 3. Enterobius
vermicularis jantan
|
C. Epidemiologi
Pada cacing E. vermicularis ini tidak dikenal adanya
reservoir host, jadi anjing dan kucing bukan merupakan ancaman dalam hal
penularan penyakit infeksi akibat cacing E.
vermicularis ini. Penularan biasanya dari tangan ke mulut atau melalui
makanan, minuman dan debu (Bernardus, 2007)
Cara
penularan Enterobius vermicularis dapat
melalui tiga jalan:
1. Penularan
dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infeksi) atau pada orang lain
sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur
atau pakaian dalam penderita.
2. Melalui
pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3. Penularan
secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri. Oleh
karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus
penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
D. Patomekanisme
Terjadinya Infeksi Enterobiasis
Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif dari parasit Enterobius vermicularis ini, adapun
perjalanan penyakit dari parasit Enterobius
vermicularis ini adalah sebagai berikut :
1.Cacing
betina gravit keluar dan turun dari rektum untuk meletakkan telurnya di daerah
sekitar perianal.
2.Tangan
yang tanpa sengaja menyentuh daerah anus atau tangan yang kurang bersih yang
telah digunakan membasuh anus saat buang air besar. Kemudian digunakan untuk
makan atau memegang makanan dan benda lain, maka larva telur infektif dari
cacing Enterobius vermicularis
menjadi semakin menyebar dan menginfeksi manusia disekitarnya.
3. Larva cacing Enterobius
vermicularis masuk kedalam tubuh melalui makanan atau tangan yang
terkontaminasi.
4. Larva telur Enterobius
vermicularis masuk kedalam usus manusia dan menetas didalamnya (di sekum).
Kemudian berkembang menjadi larva dewasa yang dapat bertahan hidup antara 2-3
bulan didalam tubuh manusia.
5.
Didalam usus kepala cacing direkatkan pada mukosa usus,
hal ini dapat menimbulkan peradangan ringan oleh karena perlekatan tersebut
merupakan iritasi mekanis dan akan memberikan gejala klinis seperti nyeri perut atau diare (Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan, 1989)
Gambar 4. Perjalanan Infeksi
Cacing Enterobius
vermicularis
|
Gambar
5. Cacing Enterobius vermicularis
saat berada dalam usus manusia atau
dalam sekum
Pengobatan
• pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
• mebendazol 100 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
• albendazol 400 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
Pencegahan
• Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
• Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
• Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
• Membersihkan jamban setiap hari
• Menghindari penggarukan daerah anus karena mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya