Kamis, 16 Oktober 2014

Oxyuris Vermicularis

                     A. Pendahuluan
             Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan infeksi cacing kremi yang disebut juga Enterobiasis atau Oxyuriasis. Manusia bisa terinfeksi cacing ini apabila menelan telur infektif, telur akan menetas di dalam usus (daerah sekum) dan kemudian akan berkembang menjadi cacing dewasa. Cacing betina biasanya memerlukan waktu kira-kira 1 bulan untuk menjadi matur dan mulai dengan produksi telurnya. Setelah membuahi cacing betina, cacing jantan biasanya mati dan mungkin akan keluar bersama tinja. Di dalam cacing betina yang gravid, hampir seluruh tubuhnya dipenuhi oleh telur. Pada saat ini, cacing betina akan turun ke bagian bawah kolon dan keluar melalui anus, telur-telur akan diletakkan di perianal dan di kulit perineum ( Lynne et al, 1996).

Sedangkan untuk diagnosis infeksi ini, kadang-kadang cacing dewasa dapat di ambil dengan pita perekat. Meskipun telur biasanya tidak diletakkan di dalam usus, tetapi beberapa telur dapat ditemukan di dalam tinja. Telur tersebut menjadi matang dan infektif dalam waktu beberapa jam. Telur-telur tersebut digambarkan sebagai bola tangan dengan bentuknya yang lonjong dan satu sisi mendatar (Lynne et al, 1996).

Meskipun beberapa obat sangat efektif untuk membasmi cacing ini, akan tetapi pengobatan sangat jarang diberikan sebab kebanyakan infeksi ini tidak menunjukan gejala. Dalam pengobatan, seringkali juga di dalamnya termasuk bimbingan dan nasehat kepada orang tua yang tidak menyangka bahwa anaknya menderita cacingan. Kebanyakan orang tua tidak menyadari prevalensi dari infeksi ini, terutama pada anak-anak, dan kenyataannya bahwa banyak anak-anak yang terinfeksi cacing ini tetapi tidak menunjukan gejala atau menderita akibat infeksi ini (Lynne et al, 1996). Selain itu jika dilihat dari kerugianya Enterobiasis tidak menimbulkan kerugian secara materi akan tetapi cenderung membuat anak rewel dan sukar tidur atau insomnia, sehingga membuat para orang tua binggung dan menjadi kurang istirahat di malam hari akibat insomnia yang terjadi pada anak mereka, dimana keadaan ini juga menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1989).

Karena infeksi ini umum terjadi dan penularanya sangat mudah, di antaranya dapat melalui kontaminasi dari anus ke mulut, pakaian yang kotor, telur-telur yang berada di udara, mainan anak-anak dan benda lainnya, maka dibutuhkan peningkatan kesehatan perorangan dan kelompok untuk dapat membantu pencegahan infeksi cacing E. vermicularis ini. Juga dianjurkan pada anak-anak untuk tidur dengan pakaian tertutup dan menjaga kuku tetap pendek dan bersih (Lynne et al, 1996)

B. Morfologi

Telur Enterobius vermicularis planconvex, berdinding dua lapis. Lapisan luar terdiri dari albumin dan lapisan dala mengandung bahan lipiodal. Kandungan albumin pada telur menyebabkan telur tadi merangsang kulit dan mukosa manusia, sehingga sewaktu dideposit di perianal sering menimbulkan perasaan gatal. Ukuran telur 50-60 mikron x 3,0-3,2 mikron (Bernadus, 2007). Telur berisi masa bergranula kecil-kecil teratur atau berisi larva cacing yang melingkar. Telur tidak berwarna dan transparan. Telur berembrio merupakan bentuk infektif. Di daerah perianal telur dapat menetas dan larva yang ditetaskan dapat masuk kembali ke usus besar melalui anus atau retroinfeksi (Heru, 2003).

                                                       Gambar 1. Telur Enterobius vermicularis

2.Cacing Dewasa
Cacing Enterobius vermicularis dewasa berukuran keci dan berwarna putih. Cacing betina jauh lebih besar daripada jantan (Heru, 1996). Cacing betina berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm. Intestinumnya berakhir di anus yang terletak 1/3 bagian badannya, sedangkan vulvanya terletak di pertengahan bagian anteriornya badan. Uterus biasanya penuh dengan telur. Sedangkan cacing jantan dewasa berukuran 2-5 mm x 0,1-0,2 mm. Esofagus pada cacing jantan melanjutkan diri sebagai intestinum berakhir di kloaka (Bernadus, 2007). Cacing jantan juga jarang dijumpai karena sesudah mengadakan kopulasi dengan betinanya ia segera mati (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1989).

                                                   Gambar 2. Enterobius vermicularis Betina


                                                      Gambar 3. Enterobius vermicularis jantan

           C. Epidemiologi
   Pada cacing E. vermicularis ini tidak dikenal adanya reservoir host, jadi anjing dan kucing bukan merupakan ancaman dalam hal penularan penyakit infeksi akibat cacing E. vermicularis ini. Penularan biasanya dari tangan ke mulut atau melalui makanan, minuman dan debu (Bernardus, 2007)
Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui tiga jalan:
1. Penularan dari tangan ke mulut penderita sendiri (auto infeksi) atau pada orang lain sesudah memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau pakaian dalam penderita.
2.  Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang tercemar telur yang infektif.
3. Penularan secara retroinfeksi yaitu penularan yang terjadi pada penderita sendiri. Oleh karena larva yang menetas di daerah perianal mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
  
 D. Patomekanisme Terjadinya Infeksi Enterobiasis 
Manusia terinfeksi bila menelan telur infektif dari parasit Enterobius vermicularis ini, adapun perjalanan penyakit dari parasit Enterobius vermicularis ini adalah sebagai berikut :
1.Cacing betina gravit keluar dan turun dari rektum untuk meletakkan telurnya di daerah sekitar perianal.
2.Tangan yang tanpa sengaja menyentuh daerah anus atau tangan yang kurang bersih yang telah digunakan membasuh anus saat buang air besar. Kemudian digunakan untuk makan atau memegang makanan dan benda lain, maka larva telur infektif dari cacing Enterobius vermicularis menjadi semakin menyebar dan menginfeksi manusia disekitarnya.
3. Larva cacing Enterobius vermicularis masuk kedalam tubuh melalui makanan atau tangan yang terkontaminasi.
4. Larva telur Enterobius vermicularis masuk kedalam usus manusia dan menetas didalamnya (di sekum). Kemudian berkembang menjadi larva dewasa yang dapat bertahan hidup antara 2-3 bulan didalam tubuh manusia.
5. Didalam usus kepala cacing direkatkan pada mukosa usus, hal ini dapat menimbulkan peradangan ringan oleh karena perlekatan tersebut merupakan iritasi mekanis dan akan memberikan gejala klinis seperti  nyeri perut atau diare (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 1989)

                                   Gambar 4. Perjalanan Infeksi Cacing Enterobius vermicularis





Gambar 5. Cacing Enterobius vermicularis 
 saat berada dalam usus manusia atau
                                                       dalam sekum


Pengobatan
• pirantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
• mebendazol 100 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian
• albendazol 400 mg dosis tunggal diulang 2 minggu kemudian 

Pencegahan
• Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar
• Memotong kuku dan menjaga kebersihan kuku
• Mencuci seprei minimal 2 kali/minggu
• Membersihkan jamban setiap hari
• Menghindari penggarukan daerah anus karena mencemari jari-jari tangan dan setiap benda yang dipegang/disentuhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar